KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha esa.Karena berkat karunianya saya dapat menyelesaikan makalah laporan penelitian ini,saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan,bahasa ataupun data-data yang kurang lengkap dan sebagainya,Untuk itu saya membutuhkan saran dan kritik dari para pembaca,dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasisiwa sekalian,Agar makalah ini lebih baik,dan saya juga mohon maaf apabila makalah ini tidak sempurna,karena sebagai manusia biasa saya memiliki banyak kekurangan.
Akhirnya,saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian dan penyusunan makalah ini,mudah-mudahan makalah ini berguna bagi para pembaca sekalian.
Medan, 19 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................. 2
BAB I:
Pendahuluan..................................................................................... 3
1.1 Latar
Belakang......................................................................................... 3
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................... 3
1.3
Maksud dan Tujuan.................................................................................. 3
1.4
Metode Penelitian.................................................................................... 4
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 4
BAB
II:.......................................................................................................... 5
TEORI............................................................................................................5
BAB
III:......................................................................................................... 12
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................. 12
BAB IV
:....................................................................................................... 19
PENUTUP..................................................................................................... 19
KESIMPULAN
DAN SARAN..................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Adapun latar belakang penelitian ini adalah saya ingin mengungkap peninggalan sejarah berbasis seni rupa yang terdapat di istana maimun yang terletak di kota medan. serta ingin melihat kehidupan sultan selama berada di dalam istana maimun tersebut.Dalam makalah ini juga ingin saya ungkapkan kepada rekan-rekan mahasisiwa tentang bagaimana tempat bersejarah yang saya teliti dan apa makna dari penelitian kali ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah ”istana maimun” yang akan saya tuangkan ke makalah ini adalah:
1. Bagaimana
sejarah berdirinya istana maimun
2. Apakah
tempat bersejarah ini masih di tangani pemerintah daerah.
3. Apa
saja peninggalan yang terdapat di dalam istana maimun
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah ingin mendapatkan data secara empiris tentang masalah yang berkaitan dengan peninggalan seni yang terdapat dalam bangunan bersejarah kerajaan melayu di kota medan yaitu istana maimun serta apa saja yang terkait dengan masa penjajahan bangsa eropa.
1.4
Metode Penelitian
Penelitian
ini kami menggunakan metode,antara lain:
1. Turun
langsung ke lokasi tempat bersejarah yaitu
2.Melakukan
studi dokumenter “istana maimun”
3.Melakukanwawancaralangsungkepadasalahsatu
narasumber yang menangani istana maimun.
narasumber yang menangani istana maimun.
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Hari/Tgl :selasa /5 september 2016
Lokasi :jl.
Sultan ma’moen al-rasyid No. 66
Medan
maimun, kota medan, sumatera utara.
Waktu
Penelitian :Di luar jam kuliah
BAB II
TEORI
Menurut kamus besar bahasa indonesia istana merupakan rumah kediaman resmi raja (kepala negara, pre-siden) dan keluarganya. Kata "istana" diambil dari bahasa Sanskerta sthāna. Kata lain untuk istana adalah "mahligai".
Istana adalah sebuah bangunan besar atau mewah yang biasanya didiami oleh keluarga kerajaan, keluarga kepala negara atau petinggi lainnya. Kata istana kadang-kadang juga dipakai untuk merujuk kepada gedung besar yang merupakan pusat suatu lembaga. Di Jawa dan sekitarnya tempat tinggal raja disebut pula keraton, pura atau puri.
istana yang terdapat di sumatera :
Istana yang berdiri megah dengan warna kuning emas yang dominan ini berada di pusat Kota Medan. Dulunya merupakan salah satu dari segi empat emas Kesultanan Deli bersama masjid Raya dan Taman Sri Deli yang masih ada hingga kini.
Istana megah ini, memiliki arsitektur yang didominasi nuansa campuran. Istana megah ini didesain oleh arsitek Italia dan dibangun pada tahun 1888 atas prakarsa Sultan Deli, Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Namun ada versi lain yang menyebutkan bahwa arsitek istana ini adalah seorang Kapitan Belanda yang bernama T.H. van Erp.
Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan serta memiliki desain interior yang unik, yang memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Belanda.Hingga kini istana ini masih terjaga dari segi eksterior maupun interiornya.
Istana Lima Laras, Batubara
Masih dari provinsi Sumatera Utara. Istana para raja di tanah Sumatera ini selanjutnya adalah istana Kerajaan Lima Laras yang disebut Istana Lima Laras. Istana ini terletak di Desa Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Istana ini dibangun oleh Datuk Muhammad Yuda, Raja ke-11 dari Kerajaan Lima Laras pada tahun 1907 dan selesai 1912. Artinya usia istana ini telah lebih dari 1 abad,
Pembangunan istana dengan empat anjungan dan menghadap ke selatan ini mengadopsi arsitektur campuran Eropa, Cina, Melayu. Tepat di depan Istana Lima Laras terdapat dua buah meriam. Namun uniknya, meriam ini bukan digunakan untuk menembak musuh, melainkan untuk mengumpulkan rakyat apabila ada pengumuman dari raja.
Istano Basa, Tanah Datar
Ini adalah sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Istana ini adalah tempat tinggal keluarga Kerajaan Minangkabau yang sekaligus menjadi Pusat Kerajaan Minangkabau pada masanya. Kerajaan Minangkabau yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal “Rajo Alam“ atau “Raja Diraja Kerajaan Minangkabau. Istano Basa berarti Istana yang besar atau agung. Istana raja alam ini terus menggali beberapa modifikasi dimana istana yang pertama berada di Puncak Bukit Batu Patah (Bukit yang berada di belakang bangunan istana sekarang) kemudian pindah ke Ranah Tanjung Bungo Pagaruyung dan terakhir di Gudam.
Istana Silinduang Bulan, Tanah Datar
Istana para raja dari Ranah Minangkabau. Istana Silinduang Bulan. Merupakan istana yang terletak di Nagari Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana ini adalah rumah pusaka dari Keluarga Besar Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung.
Istana Silinduang Bulan disebut juga Rumah Gadang Sambilan Ruang. Di bagian dalam Istana Silinduang Bulan semua bagian ditutupi dengan kain tabir dan langit-langit dengan sulaman bertatah warna emas dengan berbagai motif. Ini semua merupakan hasil kerajinan rakyat dari nagari-nagari di sekitar Pagaruyung.
Sekarang Istana Silinduang Bulan tidak lagi menampilkan sosoknya sebagai Istana Raja, karena sejak kemerdekaan Republik Indonesia, keluarga ahli waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung sudah menyatukan diri dengan negara kesatuan Republik Indonesia. Namun begitu Istana Silinduang Bulan tetap berfungsi sebagai pusat adat bagi masyarakat Minangkabau.
Istana Siak Sri Inderapura
Istana ini merupakan sebuah istana pada masa Kesultanan Siak, riau. Dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim.
Istana ini merupakan kediaman resmi Sultan Siak. Merupakan peninggalan sebuah Kerajaan Melayu Islam yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Kini istana yang juga dijuluki Istana Matahari Timur ini, masuk wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Siak karena setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia
Istana Indragiri, Riau
Istana para raja masih dari kawasan yang sama. Salah satu kesultanan yang pernah berkuasa di Tanah Riau yang disebut juga Kerajaan Negeri Mahligai. Kebanyakan masyarakat menyebutnya Kesultanan Indragiri.
Sangat disayangkan bahwa Istana Kesultanan Indragiri yang asli telah roboh pada tahun 1964 akibat adanya abrasi Sungai Indragiri. Untuk menjaga kelestarian budaya khususnya budaya Riau, pemerintah daerah setempat membuat replika bangunan Istana Kesultanan Indragiri di lokasi sekitar 100 meter dari lokasi Istana Kesultanan Indragiri yang sesungguhnya.
Istana Kuto Limo, Palembang
Istana para raja terakhir dari tanah Sumatera adalah Istana Kuto Limo. Istana ini dibangun oleh Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin. Istana ini digunakan oleh Sultan-Sultan Palembang Darussalam sebelum dibangunnya Istana Kuto Anyar di dalam Benteng Besak / Kuto Anyar. Selanjutnya, Kuto Kecik ini dibongkar oleh Belanda dan dibangun menjadi Rumah Residen Belanda.
Sekarang lokasi Istana Lamo dipergunakan sebagai Museum Sultan Mahmud Badruddin II dan Monumen Perjuangan Rakyat (MONPERA) Sumatera Selatan pada masa Revolusi Fisik Pertempuran Lima Hari Lima Malam (1 Januari sampai 5 Januari 1947). Lokasi Istana ini terletak di antara Jembatan Ampera dan Benteng Besak Kuto Anyar, Palembang.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Ini adalah sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Istana ini adalah tempat tinggal keluarga Kerajaan Minangkabau yang sekaligus menjadi Pusat Kerajaan Minangkabau pada masanya. Kerajaan Minangkabau yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal “Rajo Alam“ atau “Raja Diraja Kerajaan Minangkabau. Istano Basa berarti Istana yang besar atau agung. Istana raja alam ini terus menggali beberapa modifikasi dimana istana yang pertama berada di Puncak Bukit Batu Patah (Bukit yang berada di belakang bangunan istana sekarang) kemudian pindah ke Ranah Tanjung Bungo Pagaruyung dan terakhir di Gudam.
Istana Silinduang Bulan, Tanah Datar
Istana para raja dari Ranah Minangkabau. Istana Silinduang Bulan. Merupakan istana yang terletak di Nagari Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana ini adalah rumah pusaka dari Keluarga Besar Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung.
Istana Silinduang Bulan disebut juga Rumah Gadang Sambilan Ruang. Di bagian dalam Istana Silinduang Bulan semua bagian ditutupi dengan kain tabir dan langit-langit dengan sulaman bertatah warna emas dengan berbagai motif. Ini semua merupakan hasil kerajinan rakyat dari nagari-nagari di sekitar Pagaruyung.
Sekarang Istana Silinduang Bulan tidak lagi menampilkan sosoknya sebagai Istana Raja, karena sejak kemerdekaan Republik Indonesia, keluarga ahli waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung sudah menyatukan diri dengan negara kesatuan Republik Indonesia. Namun begitu Istana Silinduang Bulan tetap berfungsi sebagai pusat adat bagi masyarakat Minangkabau.
Istana Siak Sri Inderapura
Istana ini merupakan sebuah istana pada masa Kesultanan Siak, riau. Dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim.
Istana ini merupakan kediaman resmi Sultan Siak. Merupakan peninggalan sebuah Kerajaan Melayu Islam yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Kini istana yang juga dijuluki Istana Matahari Timur ini, masuk wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Siak karena setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia
Istana Indragiri, Riau
Istana para raja masih dari kawasan yang sama. Salah satu kesultanan yang pernah berkuasa di Tanah Riau yang disebut juga Kerajaan Negeri Mahligai. Kebanyakan masyarakat menyebutnya Kesultanan Indragiri.
Sangat disayangkan bahwa Istana Kesultanan Indragiri yang asli telah roboh pada tahun 1964 akibat adanya abrasi Sungai Indragiri. Untuk menjaga kelestarian budaya khususnya budaya Riau, pemerintah daerah setempat membuat replika bangunan Istana Kesultanan Indragiri di lokasi sekitar 100 meter dari lokasi Istana Kesultanan Indragiri yang sesungguhnya.
Istana Kuto Limo, Palembang
Istana para raja terakhir dari tanah Sumatera adalah Istana Kuto Limo. Istana ini dibangun oleh Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin. Istana ini digunakan oleh Sultan-Sultan Palembang Darussalam sebelum dibangunnya Istana Kuto Anyar di dalam Benteng Besak / Kuto Anyar. Selanjutnya, Kuto Kecik ini dibongkar oleh Belanda dan dibangun menjadi Rumah Residen Belanda.
Sekarang lokasi Istana Lamo dipergunakan sebagai Museum Sultan Mahmud Badruddin II dan Monumen Perjuangan Rakyat (MONPERA) Sumatera Selatan pada masa Revolusi Fisik Pertempuran Lima Hari Lima Malam (1 Januari sampai 5 Januari 1947). Lokasi Istana ini terletak di antara Jembatan Ampera dan Benteng Besak Kuto Anyar, Palembang.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang kami lihat sesuai dengan hasil analisis kami yaitu:
Istana maimun di bangun oleh sultan deli yang bernama sultan ma’moen al rasyid pada 26 agustus 1888 dan selesai pada 18 mei 1891.
Di dalam istana maimun terdapat banyak ragam peninggalan bersejarah misalnya kursi, meja, toilet, lemari, dan pintu terdapat desain dari seorang desainer dari belanda. Dan terlihat pengaruh budaya belanda di marmer prasasti berbahasa belanda yang terdapat di depan dekat tangga masuk istana.
Ini merupakan gambar meriam yang sudah puntung (putus). Meriam ini salah satu peninggalan benda bersejarah koleksi Istana Maimun di Medan. Oleh sebagian masyarakat terutama masyarakat Deli benda ini dianggap suci dan keramat serta selalu dihubungkan dengan Legenda Putri Hijau.
Istana maimun juga memiliki bangunan mesjid yang di namakan mesjid al-mashun. yang di kenal sebagai mesjid raya medan. Bangunan tersebut berdiri pada tahun 1909 yang di bangun oleh sultan ma’moen al rasyid.
Dari penelitian ini kami memperoleh informasi bahwa istana maimun adalah istana kesultanan deli yang merupakan salah satu ikon dari kota medan, sumatera utara.
Istana Maimun sering juga disebut dengan Istana Putri Hijau. Istana ini terletak di Jl. Brigjen Katamso kota Medan. Istana Maimun adalah salah satu Istana tua yang indah di negeri ini yang masih berdiri sampai sekarang.
Istana Maimun dibangun pada masa pemerintahan Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, putra sulung dari Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.
Beliau menggantikan ayahnya untuk menjadi Raja Kesultanan Deli sejak tahun 1873 M hingga 1924 M, Beliau ini adalah Sultan Deli ke-IX. Warna kuning yang menonjol pada bangunan bagian luar dan bagian dalam Istana adalah merupakan ciri khas warna Kesultanan dan kebudayaan Melayu.
Pembangunan Istana dimulai sejak tanggal 26 Agustus 1888, kemudian diresmikan pada tanggal 18 Mei 1891. Istana ini berdiri di atas tanah seluas 2.772 m²,terdiri atas tiga bangunan utama yang berisi 30 kamar. Bangunan induk disebut juga Balairung dengan luas 412 m2, dimana singgasana kerajaan berada istana maimun ini dirancang oleh arsitek berkebangsaan Belanda. Namanya TH Van Erp, yang menggabungkan elemen warisan budaya Melayu, Islam, Spanyol, India, dan Italia dalam rancangannya.
Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya.
Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga). Bagi para pengunjung yang datang ke istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata.
Di dalam istana maimun terdapat meriam yang sudah puntung (putus). Meriam ini salah satu peninggalan benda bersejarah koleksi Istana Maimun di Medan. Oleh sebagian masyarakat terutama masyarakat Deli benda ini dianggap suci dan keramat serta selalu dihubungkan dengan Legenda Putri Hijau.
Putri Hijau memiliki 2 (dua) orang saudara yaitu Mambang Diazid dan Mambang Khayali yang kisahnya terjadi pada tahun 1612. Saat itu Putri Hijau ingin dilamar oleh Kerajaan Aceh, tetapi lamaran tersebut ditolak oleh pihak kerajaan Aru Baru. Akibatnya terjadilah peperangan antara kedua pihak kerajaan. Kerajaan Aru Baru mengalami kekalahan dan saat itu salah satu meriam terus menerus menembak tanpa ada manusia yang mengendalikannya.
Karena terlalu panas meriam tersebut pecah. Akhirnya Putri Hijau dibawa pergi ke Aceh, namun ditengah perjalanan dihadang oleh seekor naga yang diduga adalah jelmaan dari abang Putri Hijau Mambang Diazid. Maka semenjak itu hilanglah Putri Hijau beserta naga tersebut sampai saat ini tidak ada yang mengetahuinya.
Disamping itu istana maimun juga memiliki sebuah bangunan masjid yang sering di kenal dengan sebutan mesjid raya medan. Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun merupakan sebuah masjid yang terletak di Medan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat. Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah kehebatan Suku Melayu sang pemilik dari Kesultanan Deli (Kota Medan).
Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan yang ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini. Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan memang sengaja membangun masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyid turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.
Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun dirancang oleh arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina dan lampu gantung langsung dari Perancis.
JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.
Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.
Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan. Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data dan pembahasan penelitian maka dapat di simpulkan:bahwa rata-rata hasil yang di dapat lebih maksimal datanya yang di peroleh dari hasil wawancara atau turun langsung kelapangan dan sumber internet.
Disisi lain juga kesimpulannya adalah dapat di peroleh bahwa penelitian kali ini memberikan pengetahuan kepada kita semua bagaimana sejarah dan peninggalan yang terjadi di kerajaan melayu deli istana maimun di kota medan.
SARAN
Hasil penelitian yang kami lihat sesuai dengan hasil analisis kami yaitu:
Istana maimun di bangun oleh sultan deli yang bernama sultan ma’moen al rasyid pada 26 agustus 1888 dan selesai pada 18 mei 1891.
Di dalam istana maimun terdapat banyak ragam peninggalan bersejarah misalnya kursi, meja, toilet, lemari, dan pintu terdapat desain dari seorang desainer dari belanda. Dan terlihat pengaruh budaya belanda di marmer prasasti berbahasa belanda yang terdapat di depan dekat tangga masuk istana.
Ini merupakan gambar meriam yang sudah puntung (putus). Meriam ini salah satu peninggalan benda bersejarah koleksi Istana Maimun di Medan. Oleh sebagian masyarakat terutama masyarakat Deli benda ini dianggap suci dan keramat serta selalu dihubungkan dengan Legenda Putri Hijau.
Istana maimun juga memiliki bangunan mesjid yang di namakan mesjid al-mashun. yang di kenal sebagai mesjid raya medan. Bangunan tersebut berdiri pada tahun 1909 yang di bangun oleh sultan ma’moen al rasyid.
PEMBAHASAN
Pembahasan yang akan saya tuangkan di makalah ini terkait dengan survei atau riset saya terhadap bangunan bersejarah di kota medan bertepatan di istana maimun bangunan kerajaan melayu deli yaitu :
Pembahasan yang akan saya tuangkan di makalah ini terkait dengan survei atau riset saya terhadap bangunan bersejarah di kota medan bertepatan di istana maimun bangunan kerajaan melayu deli yaitu :
Dari penelitian ini kami memperoleh informasi bahwa istana maimun adalah istana kesultanan deli yang merupakan salah satu ikon dari kota medan, sumatera utara.
Istana Maimun sering juga disebut dengan Istana Putri Hijau. Istana ini terletak di Jl. Brigjen Katamso kota Medan. Istana Maimun adalah salah satu Istana tua yang indah di negeri ini yang masih berdiri sampai sekarang.
Istana Maimun dibangun pada masa pemerintahan Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, putra sulung dari Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.
Beliau menggantikan ayahnya untuk menjadi Raja Kesultanan Deli sejak tahun 1873 M hingga 1924 M, Beliau ini adalah Sultan Deli ke-IX. Warna kuning yang menonjol pada bangunan bagian luar dan bagian dalam Istana adalah merupakan ciri khas warna Kesultanan dan kebudayaan Melayu.
Pembangunan Istana dimulai sejak tanggal 26 Agustus 1888, kemudian diresmikan pada tanggal 18 Mei 1891. Istana ini berdiri di atas tanah seluas 2.772 m²,terdiri atas tiga bangunan utama yang berisi 30 kamar. Bangunan induk disebut juga Balairung dengan luas 412 m2, dimana singgasana kerajaan berada istana maimun ini dirancang oleh arsitek berkebangsaan Belanda. Namanya TH Van Erp, yang menggabungkan elemen warisan budaya Melayu, Islam, Spanyol, India, dan Italia dalam rancangannya.
Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya.
Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga). Bagi para pengunjung yang datang ke istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata.
Di dalam istana maimun terdapat meriam yang sudah puntung (putus). Meriam ini salah satu peninggalan benda bersejarah koleksi Istana Maimun di Medan. Oleh sebagian masyarakat terutama masyarakat Deli benda ini dianggap suci dan keramat serta selalu dihubungkan dengan Legenda Putri Hijau.
Putri Hijau memiliki 2 (dua) orang saudara yaitu Mambang Diazid dan Mambang Khayali yang kisahnya terjadi pada tahun 1612. Saat itu Putri Hijau ingin dilamar oleh Kerajaan Aceh, tetapi lamaran tersebut ditolak oleh pihak kerajaan Aru Baru. Akibatnya terjadilah peperangan antara kedua pihak kerajaan. Kerajaan Aru Baru mengalami kekalahan dan saat itu salah satu meriam terus menerus menembak tanpa ada manusia yang mengendalikannya.
Karena terlalu panas meriam tersebut pecah. Akhirnya Putri Hijau dibawa pergi ke Aceh, namun ditengah perjalanan dihadang oleh seekor naga yang diduga adalah jelmaan dari abang Putri Hijau Mambang Diazid. Maka semenjak itu hilanglah Putri Hijau beserta naga tersebut sampai saat ini tidak ada yang mengetahuinya.
Disamping itu istana maimun juga memiliki sebuah bangunan masjid yang sering di kenal dengan sebutan mesjid raya medan. Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun merupakan sebuah masjid yang terletak di Medan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat. Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah kehebatan Suku Melayu sang pemilik dari Kesultanan Deli (Kota Medan).
Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan yang ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini. Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan memang sengaja membangun masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyid turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.
Pada awalnya Masjid Raya Al Mashun dirancang oleh arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah. Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina dan lampu gantung langsung dari Perancis.
JA Tingdeman, sang arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid-masjid kebanyakan. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.
Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh ornamentasi di dalam masjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.
Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tidak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda maupun jendela-jendela lengkung itu mengingatkan desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan. Kubah utama dikelilingi empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Masjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang masjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data dan pembahasan penelitian maka dapat di simpulkan:bahwa rata-rata hasil yang di dapat lebih maksimal datanya yang di peroleh dari hasil wawancara atau turun langsung kelapangan dan sumber internet.
Disisi lain juga kesimpulannya adalah dapat di peroleh bahwa penelitian kali ini memberikan pengetahuan kepada kita semua bagaimana sejarah dan peninggalan yang terjadi di kerajaan melayu deli istana maimun di kota medan.
SARAN
1.saya berharap penelitian kali ini bermanfaat bagi
semua orang.
2.Dalam
tugas-tugas berikutnya saya berharap sekali di lapangan ada
panduan
dosen pembimbing agar kami tidak kesulitan dalam memperoleh data.
3.Kami
berharap juga adanya saran bagi para pembaca untuk kami kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar